10 Juli 2020

PENGALAMAN TENGAH MALAM MENDAKI GUNUNG IJEN DEMI MENYAKSIKAN KAWAH 'BLUE FIRE' YANG MENAKJUBKAN


Usai menghabiskan waktu seharian di Savana Bekol - Baluran, aku segera ke hotel untuk beristirahat. Bagaimana pun aku harus tidur untuk persiapan nanti malam mendaki Gunung Ijen di Banyuwangi.

Aneh tapi nyata, semakin dipaksa tidur justru mataku semakin sulit terpejam, kok bisa gitu ya? Haha. Akhirnya aku ketiduran jam 10.30 malam.

PERJALANAN KE GUNUNG IJEN

"Tok tok tok!!". Suara ketokan terdengar dari balik pintu. "Mas khairul ayo berangkat sudah jam 12!" Teriak pak supir dengan logat jawa yang medok.

Dalam kondisi setengah bernyawa aku langsung loncat ke kamar mandi dan bersih-bersih, setelah itu langsung check out hotel.

"Duh maaf pak aku telat bangun. Ngantuk berat!!" kataku. "Iya mas ga apa-apa, yuk kita berangkat sekarang" Pak sopir menimpali. "Let's go pak!" jawabku. Mobil pun berjalan perlahan membelah malam yang dingin-dingin empuk.

Setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai di kawasan Gunung Ijen. Namun, ntuk sampai ke pintu masuk kami masih harus jalan lagi melewati medan yang berliku.

Di sisi kanan dan kiri terdapat dinding tebing yang cukup tinggi. Sehingga suara batu kerikil dari atas tebing berjatuhan menghujani mobil kami. Ku kira itu suara gerimis loh.

So, untuk temen-temen yang mau ke Ijen dan menggunakan sepeda motor harus berhati-hati oleh kerikil ini yaaa! Jangan lupa pakai helm biar gak kelilipan :)


HARGA TIKET MASUK KAWAH IJEN


Sekitar pukul 1 malam kami sampai di gerbang pintu masuk Gunung Ijen. kami langsung membeli tiket masuk dengan harga Rp.5000/orang. Sedangkan Erika yang orang asing (Korea) membayar Rp.100.000.

Di sini aku juga sempat melihat poster tambahan biaya lainnya bagi yang membawa kamera profesional.


Kebetulan aku membawa kamera mirrorless. Aku gak tahu kamera ini dikenakan biaya atau tidak. Jadi saat melewati pintu masuk aku umpetin dulu kameranya kedalam tas. Nanti akan aku buka lagi kalau sudah sampai puncak gunung.


TENGAH MALAM MENDAKI GUNUNG IJEN


Tepat pukul 1.30 aku dan Erika langsung melakukan pendakian. Sedangkan pak supir tidak ikut mendaki, dia lebih suka menunggu kami di warung kopi.

Saat itu cukup banyak pengunjung yang melakukan pendakian. Saking ramainya aku sampai terpisah dengan Erika, jadi aku melanjutkan perjalanan seorang diri.

Dipertengahan jalan tiba-tiba kepalaku pusing, serasa ingin pingsan. Sepertinya perutku kosong. Aku pun mengupas buah pisang dan makan beberapa camilan yang sudah kubawa di dalam tas.



Sudah merasa berenergi aku pun melanjutkan pendakian kembali. Tak beberapa lama aku mencium bau belerang yang sangat menyengat. "Wah udah kecium belerang nih itu artinya sebentar lagi kita akan sampai ke puncak!" seru salah satu pendaki yang berada di belakangku.

Dan benar saja guys, ga beberapa lama aku langsung sampai dipuncak gunung Ijen!.


MENYAKSIKAN BLUE FIRE DARI DEKAT


Waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Suhu diatas gunung terasa semakin dingin. Aku kira kalau sudah sampai puncak gunung Ijen kita dapat langsung melihat  fenomena blue fire.

Ternyata eh ternyata kita masih harus turun lagi ke bawah kawah. Medan perjalanan juga semakin sulit, aku harus menuruni bebatun yang cukup curam. Untung saja aku membawa senter di hp jadi aku bisa melihat kondisi perjalanan yang cukup terjal.

Kalian kalau kesini jangan sampe lupa bawa senter juga ya guys!.


Selangkah-demi selangkah ku lalui jalanan berbatu. Di tengah jalan sering kutemui warga lokal yang membawa berkilo-kilo batu belerang dipundak mereka.

Aku cukup salut karna mereka rela bekerja keras dan bertaruh nyawa demi menghidupi keluarganya di rumah. Seketika aku jadi teringat lagu Novo Amor berjudul Terraform di mana lokasi pengambilan videonya diambil di sini, gunung Ijen.



Tak hanya mengangkat belerang, mereka juga menjual kerajinan tangan dari cairan belerang yang dibekukan. Harganya dimulai dari Rp.5000an kalau tidak salah.



BLUE FIRE

Tidak beberapa lama aku melihat cahaya biru tertutup asap. Yap! itu adalah blue fire yang selama ini membuatku penasaran. Bagaimana tidak, fenomena alam yang menakjubkan ini hanya ada 2 di dunia, di Islandia (Iceland) dan di Indonesia.



Hari sudah mulai terang, seluruh pemandangan di Gunung Ijen semakin terlihat dengan jelas. Namun, asap belerang kawah Ijen masih tetap ngebul.

Awalnya aku ingin menyewa masker, tetapi saat aku melihat para penambang belerang tidak memakai masker sama sekali aku jadi urung menyewa masker. Aku ingin merasakan seperti yang mereka rasakan.

Ternyata sensasinya cukup menyulitkan, mataku banjir air mata karna berkali-kali terkena asap belerang. Belum lagi udara dingin di puncak gunung membuat badanku gemetar kedinginan.

Kok bisa ya warga lokal di sini kebal terhadap asap dan bau belerang? :(











GAK KUAT MENDAKI? KAMU BISA NAIK OJEK GUNUNG

Puas berlama-lama di Gunung Ijen aku memutuskan untuk turun gunung sebelum matahari semakin naik. Tepat di atas puncak aku melihat ada banyak sekali ojek gunung yang berjejer. Kira-kira seperti ini bentuknya.






Kalau kamu tidak kuat mendaki atau turun Gunung Ijen, kamu bisa naik ojek gunung ini. Tarifnya sekitar 100-300 rb, harga sewaktu-waktu dapat berubah ya.

Aku gak tahu harga segini terbilang mahal atau murah tapi mendorong manusia dari bawah sampai atas gunung atau sebaliknya adalah pekerjaan yang tidak mudah. Harga segini seakan tidak worth it.

Hal ini juga yang membuatku ga mau pakai jasa ojek gunung karna kesian sama abang ojeknya takut kecapekan, jadi aku jalan saja hehe.


KONDISI MEDAN PENDAKIAN GUNUNG KAWAH IJEN

Selama turun gunung aku cukup dikejutkan dengan pemandangan yang sangat cantik. Saat malam tadi aku sama sekali tidak bisa melihat apa pun karna sangat gelap.





Usai turun gunung aku langsung mencari Erika. Ternyata dia sudah menunggu di pinggir warung. “Wah kamu lama sekali ku kira kamu tersesat” Kata Erika. “Wah maaf tadi saya sekalian membuat konten”. Kataku. “Ah iya aku baru ingat kamu kan sedang belajar menjadi youtuber, semoga sukses khairul” Ucap Erika sambal ngemil keripik.

Kamipun berfoto-foto sebentar di pintu gerbang Gunung Ijen lalu naik ke mobil dan bergegas ke destinasi berikutnya, Gunung Bromo.

Nah, hasil konten yang sudah kubuat susah-susah di Kawah Ijen sudah dapat kamu tonton ya, jangan lupa Subscribe hehe:



21 komentar:

  1. bersyukur banget tinggal di Indonesia yang memiliki fenomena alam blue fire ini, meskipun belum pernah melihat langsung. kapan-kapan pengen rasanya melihat langsung ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti abis coronaan langsung cus ke sini ya Dedeeee :v

      Hapus
    2. Pengennya sih, semoga aja hehe

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Memanglah pendakian ke kawah Ijen ini lumayan. Abis naik, turun, pulang naik lagi lalu turun. Tapi gak sia sia ya. Bahagia past liat blue fire nya

    BalasHapus
  4. Aku tadi baca tema serupa di Blognya Ipul. Ditambah postingan ini makin pengin aku ke sana.
    Blue fire ini perburuan wajib saat ke Kawah Ijen ya
    Indah sekali

    BalasHapus
  5. gokil ya ojeknya kaya gitu pasti seru kalau bsa ke saana dna melihat keindahan kawah ijen

    BalasHapus
  6. pengalaman mendaki Ijen juga merupakans alah satu pengalaman yang gak bakal saya lupakan. Meski luar biasa capek smp mo pengsan aja...tp terbayar dg keajaiban pemadangan di atas sana. meski turun harus naik gerobak/ojek hahaha..
    Gak yahu deh suatu saat nanti masih berani gak mendaki lagi...keknya udah ga kuat deh kecuali naik turun pake ojek hahaha

    BalasHapus
  7. Blue fire kawah ijen ini salah satu destinasi yang wajib banget aku datengin mas, entahlah udah berapa lama ada di list dan belum ter ceklis sampai saat ini hehe. Semoga segera bisa kesana dan menikmati keindahannya secara langsung ;)

    BalasHapus
  8. Asli, fotonya keren. Aku belum pernah ke Ijen dan jadi pengen kan setelah mampir ke artikel ini. Explore Ijen emang paling enak jalan kaki sih ya, trekking sendiri. :D

    BalasHapus
  9. Saya baru tau tentang biaya tambahan itu. Tetapi, di tulisan itu kurang dijelaskan juga ya fotografi untuk jenis kamera apa aja

    BalasHapus
  10. wah seru banget! jadi gak sabar pengen ke kawah ijen setelah pandemi:(

    BalasHapus
  11. mungkin orang sana sudah berevolusi menyesuaikan lingkungan di kawah gunung ijen, makanya kuat2 aja tanpa masker :D

    salah satu tempat yg wajib didatangi di Jawa nih..

    BalasHapus
  12. Sudah dua artikel saya baca terkait pendakian ke kawah Ijen. Keduanya menuliskan tentang stamina yg kurang vit karena kondisi sebelumnya blm siap. Seperti perut kosong, kurang tidur, dll. Nah dari situ kita bisa tahu, meski naik kawah Ijen yg bisa dibilang bukan gunung beneran tapi persiapan tetap harus maksimal ya

    BalasHapus
  13. Wow langsung baca dua tulisan tentangBlue Fire, tulisan mas Khairul dan bang Ipul
    Bangga banget rasanya
    Dan serasa ikutan pergi kesana
    Apalagi reportasenya mas Khairul ngeri ngeri sedap gitu
    hehehe ..... keren

    BalasHapus
  14. Masya Allah , udah dua kali nih baca tentang blue fire , liat foto-fotonya udah keren banget apalagi lihat langsung yaa.

    BalasHapus
  15. Aku kok yakin ya kalau ke Kawah Ijen, pasti bakal minta naik ojek, pasti gempooor, wkwk. Tapi keindahan Blue Fire dan Alam sekitarnya Masya Allah ya, sangat mengundang minta didatangi baik wisatawan lokal dan juga asing. Proud!

    BalasHapus
  16. Sesuatu dan luar biasa sekali ketika bisa mendaki Ijen dan menyaksikan fenomena blue fire yang begitu langka di dunia.
    Jadi teringat perjalanan ke sana menembus malam dengan seoeda motor, jadi kangen sama kota di ujung timur Jawa ini

    BalasHapus
  17. Aku lupa pernah ke Ijen atau ngga tapi kayaknya pernah haha. Bisa lupa gini deh aku.

    Btw salfok sama foto fotonya walau pakai kamera mirror less tapi keren maksimal!

    BalasHapus
  18. Wah mantap kang, artikel kita sama bahas pendakian Kawah Ijen demi berburu Blue Fire hehe. Rasa lelah terbayar lunas yah ketika bisa liat blue fire hehe. Tjakeep banget

    BalasHapus
  19. Habis mampir ke blog Bang Ipul. Aku bersyujur kamu ga sampe ikutan mau pingsan kayak doi di Gunung Ijen.

    Pada tangguh banget jam 12 malam jalan ke sana cuma untuk mulai mendaki jam 1 pagi. Tapi pengalaman yang didapat beneran nggak sia sia ya.

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search