17 Oktober 2015

SAMA-SAMA ISLAM TAPI BEDA ? MAKSUD LOH ?


Kemarin malem pas ane lagi gulingan-gulingan di kasur sambil ngelike-in photo Instagram, ane di kagetin ama suara orang teriak-teriak ga karuan. Sebagai seorang jomblo, otomatis ane penasarankan (lah?). Yaudah ane langsung nuju TKP, dan ternyata bener. Banyak orang berbodong-bondong bawa obor sambil teriak-teriak nyanyiin lagu entah apa judulnya. Kalo kata santrimah “Shalawatan”.

Kira-kira 3 menitan, akhirnya rombongan itu udah ga kedenger lagi suaranya, yaudah ane masuk lagi kekosan sambil lanjutin like-likein foto instagram. Baru aja mau ngelike video Justin Bieber tiba-tiba ada suara gaib dateng, semacam tabuh-tabuhan gendang gitu,  dan sebagai seorang Jomblo lagi-lagi ane merasa penasaran darimana suara gaib itu datang ?. Setelah berputar kesegala arah akhirya  ane menemukan darimana suara itu beasal. Tanpa banyak pocong akhirnya ane lari ke beranda kosan dilantai dua. dan ya, lagi-lagi ane melihat banyak orang naek mobil bak sambil mukul-mukul gendang, marawis, bedug, apapun yang ada di depan mereka.



Ga perlu seraching di tokopedia wikipedia, ane bisa nyimpulin kalo mereka sedang merayakan malam tahun baru islam 1 Muharrom. Ane tau hal ini karna dulunya pernah gitu juga. Tapi semenjak kenal Sunnah ane ga ngerayain lagi tuh, setelah difikir-fikir kayaknya percuma ..

Si A : “Loh ko percuma ? Ini Tahun baru Islam loh ? Tahun barunya agama tercinta kita”

Gue : “Lah bodo amat, emang kalo lo ngeraiyain berginian ujug-ujug lu masuk Sorga gitu ? Kagak !!”

Si A : “eh kutil, Jangan asal bunyi lu. Durhaka ego ..”

Gue : “Gini aja deh, berhubung gue males ngadepin orang rempong kaya lu. Lu baca aja nih Conversation antara orang Islam, Kristen, Hindu ama Budha ..”

Si A : “Mana sini kirimin ke Telegram gue ..”

Gue  “Sabar ego ..” tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit “Nah tuh udeh nyampe, sok di baca”

Dialog Antar Agama !
A (orang kristen) : “Kenapa kalian selalu ngikutin kami?”

B (orang muslim) : “Ngikutin apa? Kami tidak merasa ngikutin kalian?”

A : “Gak merasa? Coba diperhatikan, kami merayakan Hari Ulang Tahun Yesus (atau Maulidnya Nabi Isa), lalu kalian ikut2an merayakan Maulid Nabi Muhammad?!

Kami juga merayakan hari kenaikan Isa al Masih (diangkatnya Nabi Isa ke langit), kalian ikut2an merayakan hari Isra Mi’raj (naiknya Nabi Muhammad ke langit)?!

Kami merayakan Tahun Baru Masehi milik kami, kalian juga merayakan tahun baru hijriyah milik kalian?!

Kami beribadah dengan bernyanyi dan bermain alat musik, kalian juga sekarang mulai beribadah dengan bernyanyi-nyanyi membaca shalawat/dzikir dengan alunan musik?!

C (orang Hindu) : “Iya nih…! Kalian (orang muslim) juga banyak yang ngikutin perayaan acara kami…”

A : “Lho…lho…apalagi ini? Siapa yang ngikutin?”

C : “Lihat saja, acara nujuh bulanan bagi wanita yang hamil itu kan asalnya dari kami orang Hindu. Begitu juga Tahlilan atau Selamatan Kematian selama 7 hari, 40, 100 s/d 1000 hari itu semua adalah acara kami, lalu kalian mengikutinya. Kalo gak percaya, sini ikut saya, saya kasih buktinya!”

B : “Enak saja ngaku2! Yang ngikutin itu kalian semua, orang Kristen dan orang Hindu pada ngikutin kami semua..!!”

A : “Eh…Kalo bicara pake otak! Emang duluan siapa agamanya?

Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad baru ada sekitar 1400 tahun yang lalu.

sedangkan agama kami Nasrani sudah ada sekitar 2000an tahun yang lalu. Gak masuk akal kalo kami yang ngikutin kalian!”

C : “Hehehe…apalagi agama saya. Agama kami lebih dulu dari agama kalian. Agama kami sudah ada sejak 2500 tahun sebelum masehi, jadi sudah ada sekitar 4500 tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia, agama kami lah yang paling tua dan pertama. Gak masuk akal kalo kami yang malah mengikuti agama kalian, apalagi yang namanya Islam kejawen, mirip abis dengan kami…hehehe.”

A : “Betul…betul…betul…Belum lagi kalian umat islam banyak yang berpartisipasi merayakan hari perayaan agama kami, seperti Tahun Baru Masehi, Hari Valentine, Hari Ulang Tahun, Hari Hallowen, Hari April Mop, hari Ibu, dll.”

B : (garuk2 kepala)…

D (orang Muslim Ahlus Sunnah) : “Ambil semua acara2 kalian, kami tidak butuh acara2 seperti itu. Karena kami sudah punya acara sendiri yang tidak mengikuti agama2 kalian.

Dan acara2 seperti itu tidak pernah dilakukan oleh orang Muslim yang berada diatas Sunnah seperti kami ini, insya Allah. Dalam golongan kami (yaitu Ahlus Sunnah), tidak ada perayaan Maulid Nabi, perayaan Isra Mi’raj, perayaan Tahun Baru Hijriyah, perayaan nujuh bulan, Selamatan Kematian (Tahlilan), dll.”

A & C : “Lho…kalian B dan D khan sama2 muslim, koq saling berbeda?

Yang B merayakan acara2 itu sedangkan yang D tidak merayakan? Aneh sekali, satu agama tapi beda2.”

D : “Kenapa kalian heran dengan kami?

Bukankah kalian sendiri juga memiliki banyak perbedaan dan perpecahan?

Agama Nasrani memiliki banyak sekte, seperti Protestan, Katholik, Advent, dll.

Bahkan dalam agama kami disebutkan bahwa kaum Nasrani terpecah belah menjadi 72 golongan.

Begitu juga dengan agama Hindu yang memiliki banyak sekte dan juga warna (kasta).

Tidakkah kalian tahu tentang itu? Sedangkan agama Islam terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali 1 yaitu Al Jamaah (Ahlus Sunnah wal Jamaah).

Jadi, menurut pemahaman kami sebagai Ahlus Sunnah, kami tidak boleh tasyabbuh (mengikuti) orang2 kafir dalam ciri khas mereka, seperti acara2 yang kalian sebutkan tadi. Maka itu golongan kami tidak pernah melakukan dan mengadakan acara2 seperti itu.

Jika ada sebagian dari kaum muslimin yang melakukan atau mengadakan acara2 itu, maka itu adalah oknum atau karena ketidaktahuannya akan hal itu.”

A & C : “Kami juga tahu itu semua. Hanya saja tadi kami ingin mengetest si B, apakah dia punya alasan tentang itu? Rupanya dia tidak punya alasan dan gak tau apa2 tentang agamanya. Bisanya cuma ikut2an saja.”

B : “Hmmmm…berarti saya ini oknum ya? kalo begitu saya tidak mau jadi oknum lagi ah…saya mau ngikutin si D aja, biar gak jadi oknum!!!”


D : “Hmm kamu masih jadi oknum akhi, karena kamu masih ikut2an, yaitu ngikutin saya.”

B : “Berarti saya harus ngikutin siapa donk?”

D : “Biar kamu gak jadi oknum, kamu harus ngikutin Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam beserta para sahabat2nya. Insya Allah kamu akan menjadi seorang Ahlus Sunnah sejati.

Dan untuk mewujudkan itu semua, maka hendaknya kamu menuntut ilmu syar’i dengan benar, dari sumber yang benar,sebab berilmu itu sebelum berkata dan beramal”.

Nah, semoga percakapan si A, B, C, D bisa diambil pelajaran yeh.

atau kamu masih penasaran ? yuk ane ajak travel ke Solo..


- Solo, acara kondang yang menyertai Muharram (Suro) dan sudah menjadi tradisi adalah kirab kerbau bule yang terkenal dengan nama Kyai Slamet di keraton Kasunanan Solo. Peristiwa ini sangat dinantikan oleh warga Solo dan sekitarnya, bahkan yang jauhpun rela bersusah-payah mendatanginya dengan jalan kaki, dst. Apa tujuannya ? Tiada lain, untuk ngalap berkah dari sang kerbau, supaya rejekinya lancar, dagangan laris, dan sebagainya. Naudzubillahi min dzalik. Padahal, dalam pandangan banyak orang, kerbau merupakan simbol kebodohan, sehingga muncul peribahasa Jawa untuk menggambarkannya, “bodo ela-elo koyo kebo" (ane ga tau ini artinya apa, yang merasa Jawa banget silahkan di translate), so, coba pake konteks kalimat yang lain kayak "kumpul-kumpul kebo" / "Kebo banget si lu jadi orang" / "elu tidur kayak kebo si?" rata-rata kebo itu sesuatu yang berunsur negatif gan(:



Masih mau fakta lainnya ? coba nih tengok keyakinan-keyakinan nyeleneh di bulan Myharram

1.  Anggapan Sial. Dalam pandangan masyarakat Jawa, Muharram (Suro) merupakan bulan keramat. Sehingga sebagian dari mereka tidak berani untuk menyelenggarkan suatu acara terutama hajatan dan pernikahan. Bila tidak di-indah-kan akan menimbulkan petaka dan kesengsaraan bagi mempelai berdua dalam mengarungi bahtera kehidupan. Hal ini diakui oleh seorang tokoh keraton Solo. Bahkan katanya, “Pernah ada yang menyelenggarakan pernikahan di bulan Suro (Muharram), dan ternyata tertimpa musibah!”. Maka kita lihat, bulan ini sepi dari acara pernikahan dan hajatan.

2.  Nuansa Kesyirikan Yang Aneh. Selain itu, untuk memperoleh keselamatan, diadakan berbagai kegiatan “aneh”. Sebagian masyarakat mengadakan tirakatan pada malam 1 Suro , entah di tiap desa, atau tempat lain seperti puncak gunung, dst. Sebagiannya lagi mengadakan sadranan, berupa pembuatan nasi tumpeng yang dihiasi aneka lauk dan kembang lalu di larung (dihanyutkan) di laut selatan disertai kepala kerbau dengan keyakinan supaya sang ratu pantai selatan berkenan memberikan berkahnya dan tidak mengganggu. Peristiwa seperti ini dapat disaksikan di pesisir pantai selatan seperti Tulungagung, Cilacap dan lainnya.
  
Pembaca yang budiman, itulah sekelumit gambaran kepercayaan masyarakat khususnya Jawa terhadap bulan Muharram (Suro). Tahayul semacam ini, diwarisi dari zaman sebelumnya mulai animisme, dinamisme, hindu dan budha. Ketika Islam datang keyakinan-keyakinan tersebut masih kental menyertai perkembangannya. Bahkan terjadi sinkretisasi (pencampuran). Ini bisa dicermati pada sejarah kerajaan-kerajaan Islam di awal pertumbuhan dan perkembangan selanjutya, hingga dewasa ini ternyata masih menyisakan pengaruh tersebut. Lalu, apakah budaya seperti ini patut kita lestarikan ?

Aniwei, namanya juga hidup, sikap pro kontra pasti selalu ada. Silahkan di utarakan pendapatnya, boleh pengalaman religius, kritik atau apalah. ane pasti sangat menghargai ko, asal jangan salin gmenjatuhkan aja yak :)

39 komentar:

  1. Wah gue wong solo tai gak sekalipun gue ngerayain malam suro, bukannya gak mau sih tapi emang gue gak pernah lagi tinggal di solo.Paling gue cuman liat dari hasil jeprat-jepret temen doang. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kalo boleh jujur,
      Gue pengen banget bisa ngerasain ngintil-ngintil Ki slamet.
      pengen tau aja gitu ..

      Hapus
    2. Kalau mau tahun depan main ke solo gan, gue juga pengen pulang kampung kali aja ketemu

      Hapus
    3. doain aja gan semoga ane sehat walafiat dan banyak rejeki buat ongkos ke Solo.
      yang membaca doa ini tolong di aminkan ,

      Hapus
  2. ada typo tuh gan..
    but, baru nonggol di jendela gw nih..
    kemenong aje !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belah mana yang typo gan,
      biar ane acak-acak lagi ..

      Hapus
    2. dibawah foto kebo bule yang bujug tuh gemuk banget "dijadiin qurban pas iedul adha mantap tuh" dari pada di sembah-sembah kage jelas hahah

      Hapus
  3. Agama, dan budaya memang punya cara kerjanya sendiri, bahkan bisa jadi beda agama punya budaya yang sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal jangan mencampuradukkan yang haq dengan yang batil aja gan :)
      salam super

      Hapus
  4. Wahahah.. iya sih, kalo di Indonesia teh banyak banget budayanya. Banyak banget upacara adat dari agama lain atau sejak kepercayaan kita masih animisme dan dinamisme yang masih diterapkan sampe sekarang. Gak cuma islam kok! agama lain ge gitu. Mudik misalnya, orang arab mana ada mudik :v

    Emang sih ada beberapa orang yang bilang kalo ikut-ikutan kaum lain itu syirik. Tapi kalo gue mah selamat kebaikannya masih lebih banyak dari mudharatnya, keknya oke-oke ajah. Kalo di daerah gue sih, abis pawai obor biasanya ada pengajian sama ceramah tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenernya ikut-ikutan kaum lain itu ga syirik, tapi kalo ikut-ikutanya bersangkutan dengan agama, baru tuh bahaya :)

      Hapus
  5. ngomong ngomong satu muharranm, di tempat gue malah pakai kembang api gitu, sumpah kembang apinya waw banget udah kaya penyambutan taun baru masehi aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau liat dong Fotonya ..
      pengen tahu ..

      Hapus
  6. soal pencampuran tradisi dan budaya yang ada di Indonesia kan banyak banget, bahkan sebuah agama aja banyak yang menyebarkannya dengan cara ini, entah gue juga kurang tau untuk lebih mudah diterima masyarakat atau gimana? yang pasti emang harus dibenerin, yang mana tradisi, yang mana budaya, adat, dan ajaran agama yang sebenernya. karena banyak yang salah kaprah dan maksud dan tujuan dari sebuah tradisi dan budaya ini gak ketransfer ilmunya ke generasi setelahnya, jadinya ya sekedar ikut-ikutan yang dulu-dulu tanpa tau alasan maksud dan tujuannya.. ya lama-lama jadi tradisi, trus kebiasaan.

    Semua orang diberikan hak untuk memilih agamanya, ya kan?
    agama yang turun temurun karena ikut-ikut orangtua atau pilihan dari diri sendiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh lupa kalo soal debat, entah kenapa gue sama temen-temen gue malah nontonin Dr. Zakir Naik di youtube, gue sih salut aja dia masih ada keinginan untuk membaca kitab lain, dan bahkan menerima kalo ada agama yang lebih baik lagi dari Islam dia akan nerima agama itu. Jadi sebelum ngejudge dan nyalahin tentang agama, lebih baik kita belajar dulu dari tiap-tiap agama dan mencari sebuah kebenaran.

      Hapus
    2. nah ini nih,,
      Ane demen pendapet ente ..
      wawasan ente ternyata luas banget yah ..
      Kagum Aku

      Hapus
    3. iya bener gan, kalo ada agama yang paling bener dari Islam ane mau pindah deh..
      sayangnya ga ada ..

      Hapus
    4. jangan dikagumin.. ntar kepala gue meledak! arrghhh hahaha

      Hapus
    5. yaudah meledakin aja .. gue ikhlas ko ..

      Hapus
  7. Asikk ih tulisannya.. Dakwahnya alus tapi ngena banget..

    Jadi ingat di wall FB ada yang ngetik "Kenapa ya, 1 Muharram di Kendari biasa-biasa saja, tidak seramai di Jawa." saya senyum saja, setahu saya, kami di Kendari memang tidak punya tradisi apapun menyambut 1 Muharram.

    BalasHapus
    Balasan
    1. akupun tersenyum membaca komentar ter Irly :)

      Hapus
  8. Kalau ane sendiri kalau ada dana mau pindah ke Mekkah aja mas, disana islamnya super ori. Kalau disini ya seperti yg masnya tulis diatas. Kadang sering takut kalau kalau yang kita lakukan itu salah. Semoga kita senantiasa didalam perlindungan Allah :-) Amiiiinn.. aminnn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ane juga mau pindah gan,
      udah cape disini,
      sering baper ..

      Hapus
  9. Ahhh bingung mau jawab apa. Selalu ada rahasia di balik rahasia. Hanya Allah yang tahu itu benar atau salah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaps, mari kita kembalikan kepada alqur'an dan Sunnah Rasul :)

      Hapus
  10. Agak berat juga nih pembahasannya. Hehehe. Gue juga jarang banget ikut-ikutan perayaan gitu. Palingan ya cuma baca doa awal tahun dan akhir tahun aja kemaren pas Tahun Baru Hijriyah. :))

    Oiya, kalo soal 40 hari de el el, itu karena pas zaman Wali Songo, ada Sunan yang ingin menyebarkan dakwah, tetapi dengan menambahkan kebudayaan Hindu. CMIIW.

    BalasHapus
    Balasan
    1. BTW, Doa awal tahun dan akhir tahun sebenernya ga ada syariatnya loh :)

      Hapus
    2. Sekalipun gak ada syari'at nya itu adalah ajaran orang-orang sholeh (para wali), yang patut kita amalkan pula...

      Hapus
    3. yap betul,, Doa di awal dan akhir tahun merupakan sesuatu perkara yang baik, namun ia bukanlah perkara yang wajib. kalo hendak berdoa, berdoalah di setiap waktu.

      Hapus
  11. Tuh yang mau ngejudi silahkan,
    tapi kalo masuk neraka jangan bawa-bawa gue.. lah

    BalasHapus
  12. Hahaha, anjay ini sensitif banget tulisannya.. bagus-bagus. Kritis banget :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho oh, sekarang gue lagi suka yang sensitif-sensitif ...

      Hapus
  13. hmm, yang penting saling mengahargai aja, jangan saling ngejatuhin, hargai aja perbedaan di antara kita :D

    BalasHapus
  14. dari baca judulnya aja tadi bikin penasaran gimana artikelnya. ternyata artikelnya dalem banget lagi apalagi tentang dialog tadi .hmm

    oh ya, kayaknya gada hubungannya deh jomblo sama yang denger2 tadi *tersinggung hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang pembahasanya dalem banget,
      asal jangan kebawa baper aja yah :)

      Hapus
  15. Assalamualaikum wrwb wb

    Gak papa yg saya datang nya telat ... Pengen ikutan ..
    Sekedar pengalaman ,sy dibesarkan dlm kluarga Muhammadiyah yg Blum terkontaminasi politik ,asal sy Minang dekatan Buya Hamka rumah nya ,merantau ke Jogja ,
    Oh iya sekolah nya Diniyyah Putri Padang Panjang ,

    Bicara Islam nya kok beda ya ,..Sy jadi senang ,makasih Khairul sy terbaca blog ini ...
    Jujur happy banget ,

    Maksud nya ...Dari dulu kami anteng anteng tanpa perayaan apa apa ,4tahun sy diasramakan .Oh iya kiblat sekolah kami Al Azhar Kairo ,

    Mungkin karena di Minang ,dulu belum ada agama maaf Hindu dan , sehingga Islam kesana murni ,,kalau soal perang Padri,itu antara kaum adat dan Ulama ,...

    Makanya sy sekarang bingung ,kebanyakan kan ritual akhir akhir ini ,terjulur ,Among Among ,dst dst...Jujur sy jarang nonton ceramah yg sekarang ,karna udah kepentingan golongan jadi kadang SE akan Agama itu kehilangan Tuhan nya. ,palagi dekat pilpres ini ...Maaf kalo pendapat ini gak perkenankan buat Permisah semua ,Khairul tak kira kamu cuma hobby jalan jalan dan panjat panjat gunung aja ternyata hehe Ustad...
    Ustad yg akan membersihkan kan bid ah enggak klenik ,dah banyak nih blog mu ku kunjungi

    BalasHapus
  16. Bid ah dan klenik maksud nya ..

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search